Ahlan wa Sahlan...
Selamat Datang...

Semoga kunjungan Anda kali ini bermanfaat...^^

Kamis, 07 Juli 2011

Berbenah Diri Untuk Penghafal Al Qur’an Oleh : Dr. Anas Ahmad Kurzun


Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menjamin kemurnian Al-Qur`ân telah memudahkan umat ini untuk menghafal dan mempelajari kitab-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan para hamba-Nya agar membaca ayat-ayat-Nya, merenungi artinya, dan mengamalkan serta berpegang teguh dengan petunjuknya. Dia Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan hati para hamba yang shalih sebagai wadah untuk memelihara firman-Nya. Dada mereka seperti lembaran-lembaran yang menjaga ayat-ayat-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sebenarnya, Al-Qur`ân itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zhalim …”[al-Ankabût/29:49].
Dahulu, para sahabat Radhiyallahu ‘anhum yang mulia dan Salafush-Shalih, mereka berlomba-lomba menghafal Al-Qur`ân, generasi demi generasi. Bersungguh-sungguh mendidik anak-anak mereka dalam naungan Al-Qur`ân, baik belajar maupun menghafal disertai dengan pemantapan ilmu tajwid, dan juga mentadabburi yang tersirat dalam Al-Qur`ân, (yaitu) berupa janji dan ancaman.
Berikut ini adalah nasihat yang disampaikan oleh Dr. Anas Ahmad Kurzun, diangkat dari risalah beliau Warattilil Qur’ana Tartila yakni menyangkut metode, sebagai bekal dalam meraih kemampuan untuk dapat menghafal Al-Qur`ân secara baik.
Karena, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah : Bahwasanya dahulu, para salaf mewasiatkan agar betul-betul memperbagus dan memperbaiki amalan (membaca dan menghafal Al-Qur`ân, Red.) Bukan hanya sekedar memperbanyak (membaca dan menghafalnya, Red.) karena amalan yang sedikit disertai dengan memperbagus dan memantapkannya, itu lebih utama daripada amalan yang banyak tanpa disertai dengan pemantapan. (Lihat Risalah Syarah Hadits Syadad bin Aus, karya Ibnu Rajab, hlm. 35).
Mudah-mudahan dengan kedatangan bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan ini, dapat kita manfaatkan untuk meningkatkan perhatian kita kepada Al-Qur`ân, mempelajarinya, mentadabburi, memperbaiki bacaan, dan menghafalnya. (Redaksi).

Minggu, 03 Juli 2011

Keutamaan Qur'an dan Orang yang Membacanya

Keutamaan Alqu’an dan orang yang membacanya menurut asy Syeikh al Imam Abul Fadhl Abdurrahman bin Ahmad bin al Hasan ar Roziy al Muqri’ didalam kitabnya “Fadho’ilul Qur’an” adalah :

1. Keutamaan Al Qur’an dibandingkan perkataan-perkataan lainnya :

Sabda Rasulullah saw,”Keutamaan firman Allah azza wa jalla dibandingkan seluruh perkataan bagaikan keutamaan Allah dengan selain-Nya (makhluk-Nya.” (HR. Ad Darimi)

2. Al Qur’an lebih dicintai Allah swt daripada langit dan bumi serta yang ada didalamnya.

Sabda Rasulullah saw,”Al Qur’an lebih dicintai Allah daripada langit dan bumi serta yang ada didalamnya.” (HR. Ad Darimi)

3. Al Qur’an adalah cahaya ditengah kegelapan

Sabda Rasulullah saw,”Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah dan Al Qur’an sesungguhnya ia adalah cahaya kegelapan, petunjuk di siang hari maka bacalah dengan sungguh-sungguh.” (HR. Baihaqi)

4. Ahlul Qur’an adalah keluarga Allah swt

Sabda Rasulullah saw,”Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia.’ Beliau saw ditanya,’Siapa mereka wahai Rasulullah.’ Beliau saw menjawab,’mereka adalah Ahlul Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

5. Mereka adalah sebaik-baik umat.

Sabda Rasulullah saw,”Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori, Abu Daud dan tirmidzi)

6. Mereka diberikan apa-apa yang diberikan kepada para nabi kecuali wahyu

“Pada hari kiamat didatangkan para pembawa Al Qur’an lalu Allah azza jalla berkata,’kalianlah wadah perkaan-Ku (Al Qur’an) maka aku berikan kepada kalian apa-apa yang Aku berikan kepada para nabi kecuali wahyu.” …… (Fadhoilul Qur’an hal 9 – 11)

Wallahu A’lam

Sabtu, 02 Juli 2011

Sedikit Tips Menghafal Qur'an

dari milis assunnah :
Memperbaiki tujuan dan bersungguh-sungguh menghafal Al-Quran hanya karena Allah
Subhanahu wa Ta`ala serta untuk mendapatkan syurga dan keridhaan-Nya. Tidak ada
pahala bagi siapa saja yang membaca Al-Quran dan menghafalnya karena tujuan
keduniaan, karena riya atau sumah (ingin didengar orang), dan perbuatan seperti
ini jelas menjerumuskan pelakunya kepada dosa.
1.      Dorongan dari diri sendiri, bukan karena terpaksa.
Ini adalah asas bagi setiap orang yang berusaha untuk
menghafal Al-Quran. Sesungguhnya siapa yang mencari
kelezatan dan kebahagiaan ketika membaca Al-Quran maka dia
akan mendapatkannya.
2.      Membenarkan ucapan dan bacaan.
Hal ini tidak akan tercapai kecuali dengan mendengarkan
dari orang yang baik bacaan Al-Qurannya atau dari orang
yang hafal Al-Quran. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam sendiri mengambil/belajar Al-Quran dari Jibril
alaihis salam secara lisan. Setahun sekali pada bulan
Ramadhan secara rutin Jibril alaihis salam menemui beliau
untuk murajaah hafalan beliau. Pada tahun Rasulullah
shallallahualaihi wa sallam diwafatkan, Jibril menemui
beliau sampai dua kali. Para shahabat radliallahu anhum
juga belajar Al-Quran dari Rasulullah shallallahualaihi wa
sallam secara lisan demikian pula generasi-generasi
terbaik setelah mereka. Pada masa sekarang dapat dibantu
dengan mendengarkan kaset-kaset murattal yang dibaca oleh
qari yang baik dan bagus bacaannya. Wajib bagi penghafal
Al-Quran untuk tidak menyandarkan kepada dirinya sendiri
dalam hal bacaan Al-Quran dan tajwidnya.

3.      Membuat target hafalan setiap hari.
Misalnya menargetkan sepuluh ayat setiap hari atau satu
halaman, satu hizb, seperempat hizb atau bisa
ditambah/dikurangi dari target tersebut sesuai dengan
kemampuan. Yang jelas target yang telah ditetapkan sebisa
mungkin untuk dipenuhi.
4.      Membaguskan hafalan.
Tidak boleh beralih hafalan sebelum mendapat hafalan yang
sempurna. Hal ini dimaksudkan untuk memantapkan hafalan di
hati. Dan yang demikian dapat dibantu dengan
mempraktekkannya dalam setiap kesibukan sepanjang siang
dan malam.
5.      Menghafal dengan satu mushaf.
Hal ini dikarenakan manusia dapat menghafal dengan melihat
sebagaimana bisa menghafal dengan mendengar.
Dengan membaca/melihat akan terbekas dalam hati
bentuk-bentuk ayat dan tempat-tempatnya dalam mushaf.
Bila orang yang menghafal Al-Quran itu merubah/mengganti
mushaf yang biasa ia menghafal dengannya maka hafalannya
pun akan berbeda-beda pula dan ini akan mempersulit
dirinya.
6.      Memahami adalah salah satu jalan untuk menghafal.
Di antara hal-hal yang paling besar/dominan yang dapat
membantu untuk menghafal Al-Quran adalah dengan memahami
ayat-ayat yang dihafalkan dan juga mengenal segi-segi
keterkaitan antara ayat yang satu dengan ayat yang
lainnya.
Oleh sebab itu seharusnyalah bagi penghafal Al-Quran untuk
membaca tafsir dari ayat-ayat yang dihafalnya, untuk
mendapatkan keterangan tentang kata-kata yang asing atau
untuk mengetahui sebab turunnya ayat atau memahami makna
yang sulit atau untuk mengenal hukum yang khusus.
Ada beberapa kitab tafsir yang ringkas yang dapat ditelaah
oleh pemula seperti kitab Zubdatut Tafsir oleh Asy-Syaikh
Muhammad Sulaiman Al-Asyqar.
Setelah memiliki kemampuan yang cukup, untuk meluaskan
pemahaman dapat menelaah kitab-kitab tafsir yang berisi
penjelasan yang panjang seperti Tafsir Ibnu Katsier,
Tafsir Ath-Thabari, Tafsir As-Sadi dan Adhwaaul Bayaan
oleh Asy-Syanqithi.wajib pula menghadirkan hatinya pada
saat membaca Al-Quran.
7.      Tidak pindah ke surat lain sebelum hafal benar surat
yang sedang dihafalkan.
Setelah sempurna satu surat dihafalkan, tidak sepantasnya
berpindah ke surat lain kecuali setelah benar-benar
sempurna hafalannya dan telah kokoh dalam dada.
8.      Selalu memperdengarkan hafalan (disimak oleh orang
lain).
Orang yang menghafal Al-Quran tidak sepantasnya
menyandarkan hafalannya kepada dirinya sendiri. Tetapi
wajib atasnya untuk memperdengarkan kepada seorang hafidz
atau mencocokkannya dengan mushaf. Hal ini dimaksudkan
untuk mengingatkan kesalahan dalam ucapan, atau syakal
ataupun lupa.
Banyak sekali orang yang menghafal dengan hanya bersandar
pada dirinya sendiri, sehingga terkadang ada yang
salah/keliru dalam hafalannya tetapi tidak ada yang
memperingatkan kesalahan tersebut.
9.      Selalu menjaga hafalan dengan murajaah.
Bersabda Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam :
“Jagalah benar-benar Al-Quran ini, demi Yang jiwaku berada
di Tangan-Nya, Al-Quran lebih cepat terlepas daripada onta
yang terikat dari ikatannya.”
Maka seorang yang menghafal Al-Quran bila membiarkan
hafalannya sebentar saja niscaya ia akan terlupakan. Oleh
karena itu hendak hafalan Al-Quran terus diulang setiap
harinya. Bila ternyata hafalan yang ada hilang dalam dada
tidak sepantasnya mengatakan: “Aku lupa ayat (surat) ini
atau ayat (surat) itu.” Akan tetapi hendaklah mengatakan:
“Aku dilupakan,” karena Rasulullah shallallahu `alaihi wa
sallam telah bersabda: 'nussytu'.
10.      Bersungguh-sungguh dan memperhatikan ayat yang serupa.
Khususnya yang serupa/hampir serupa dalam lafadz, maka
wajib untuk memperhatikannya agar dapat hafal dengan baik
dan tidak tercampur dengan surat lain.
11.      Mencatat ayat-ayat yang dibaca/dihafal.
Ada baiknya penghafal Al-Quran menulis ayat-ayat yang
sedang dibaca/dihafalkannya, sehingga hafalannya tidak
hanya di dada dan di lisan tetapi ia juga dapat
menuliskannya dalam bentuk tulisan.
Berapa banyak penghafal Al-Quran yang dijumpai, mereka
terkadang hafal satu atau beberapa surat dari Al-Quran
tetapi giliran diminta untuk menuliskan hafalan tersebut
mereka tidak bisa atau banyak kesalahan dalam
penulisannya.
12.      Memperhatikan usia yang baik untuk menghafal.
Usia yang baik untuk menghafal kira-kira dari umur 5 tahun
sampai 25 tahun. Wallahu alam dalam batasan usia tersebut.
Namun yang jelas menghafal di usia muda adalah lebih mudah
dan lebih baik daripada menghafal di usia tua.
Pepatah mengatakan: Menghafal di waktu kecil seperti
mengukir di atas batu, menghafal di waktu tua seperti
mengukir di atas air.
HAL-HAL YANG DAPAT MENGHALANGI HAFALAN
Setelah kita mengetahui beberapa kaidah dasar untuk
menghafal Al-Quran maka sudah sepantasnya bagi kita untuk
mengetahui beberapa hal yang menghalangi dan menyulitkan
hafalan agar kita dapat waspada dari penghalang-penghalang
tersebut.
Di antaranya:
1.      Banyaknya dosa dan maksiat.
Sesungguhnya dosa dan maksiat akan melupakan hamba
terhadap Al-Quran dan terhadap dirinya sendiri. Hatinya
akan buta dari dzikrullah.
2.      Tidak adanya upaya untuk menjaga hafalan dan
mengulangnya secara terus-menerus. Tidak mau
memperdengarkan (meminta orang lain untuk menyimak) dari
apa-apa yang dihafal dari Al-Quran kepada orang lain.
3.      Perhatian yang berlebihan terhadap urusan dunia yang
menjadikan hatinya tergantung dengannya dan selanjutnya
tidak mampu untuk menghafal dengan mudah.
3.      Berambisi menghafal ayat-ayat yang banyak dalam waktu
yang singkat dan pindah ke hafalan lain sebelum kokohnya
hafalan yang lama.
Kita mohon pada Allah Subhanahu wa Ta`ala semoga Dia
mengkaruniakan dan memudahkan kita untuk menghafal
kitab-Nya, mengamalkannya serta dapat membacanya di tengah
malam dan di tepi siang. Wallahu alam bishawwab.
(Ummu Abdillah & Ummu Maryam, dinukil dari kutaib: “Kaifa
Tataatstsar bil Quran wa Kaifa Tahfadzuhu?” oleh Abi
Abdirrahman)
Maka,jadikan qur'an sebagai isi otakmu dan hatimu,,Qur'anInHeart 

Keistimewaan Dan Keutamaan Al-qur'an / Alquran Sebagai Kitab Suci Umat Islam Di Dunia

Al Qur'an adalah kita suci umat islam yang diturukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rasul memiliki berbagi keistimewaan / keutamaan dibandingkan dengan kitab-kitab suci lainnya sebagai berikut di bawah ini :
1. Memberi pedoman dan petunjuk hidup lengkap beserta hukum-hukum untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia seluruh bangsa di mana pun berada serta segala zaman / periode waktu.
2. Memiliki ayat-ayat yang mengagumkan sehingga pendengar ayat suci al-qur'an dapat dipengaruhi jiwanya.
3. Memutus rantai taqlid yang menghilangkan kebebasan berfikir serta memperlemah kemampuan berupaya dan berkarya manusia.
4. Memberi gambaran umum ilmu alam untuk merangsang perkembangan berbagai ilmu.
5. Memiliki ayat-ayat yang menghormati akal pikiran sebagai dasar utama untuk memahami hukum dunia manusia.
6. Menyamakan manusia tanpa pembagian strata, kelas, golongan, dan lain sebagainya. Yang menentukan perbedaan manusia di mata Allah SWT adalah taqwa.
7. Melepas kehinaan pada jiwa manusia agar terhindar dari penyembahan terhadap makhluk serta menanamkan tauhid dalam jiwa...
Lalu, apakah Qur'an telah ada di hatimu?..